Suatu malam, setelah syuting, Hannah menyaksikan seorang produser muda diperas oleh kelompok preman. Naluri sileknya bangkit, dengan gerakan halus tapi mematikan, ia melumpuhkan para preman tanpa banyak suara. Sejak itu, lahirlah identitas rahasianya : Pendekar Minang Modern.
Di dunia enterntain, Hannah tetap artis glamor berhijab yang tersenyum di depan kamera. Tapi di jalanan Jakarta, ia berubah menjadi pendekar modern, membela orang lemah, melindungi perempuan dari pelecehan, bahkan membantu polisi memberantas jaringan kriminal.
Konflik muncul ketika salah satu lawannya, “Katik Muno”, ternyata punya hubungan masa lalu dengan keluarganya di Minang. Katik Muno adalah mantan murid kakeknya yang dulu dikeluarkan dari perguruan karena menyalahgunakan ilmu silek untuk memperkaya diri. Kini, perbuatan Katik Muno akan dituntaskan Hannah agar mengembalikan marwah perguruan kakeknya.
Dengan tekad kuat, Hannah tak hanya harus melawan kekuatan fisik, tapi juga menjaga nama baik Minangkabau di tengah dunia modern yang sering melupakan akar budaya. Di titik klimaks, pertarungan mereka terjadi bukan di gelanggang tradisional, melainkan di atas atap gedung pencakar langit Jakarta, silek tuo Minang melawan silek aliran hitam Katik Muno.
Akhirnya, Hannah berhasil menaklukkan Katik Muno, bukan hanya dengan pukulan, tapi dengan, petuah Minang : "Nan tuo dihormati, nan ketek disayangi. Ilmu silek bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk menjaga marwah dan kebenaran."
Sejak itu, masyarakat mengenalnya bukan hanya sebagai artis layar kaca, tetapi juga Pendekar Minang modern yang menjaga keseimbangan antara adat, budaya, dan zaman.
Hannah Marzia Shajar tetap menjaga falsafah minang : Adat Bersandikan Syara’, Syara’ Bersandikan Kitabullah. Dengan profesi sebagai artis terkenal Hannah tetap menjaga syariat Islam sebagai wanita muslim.
Demikianlah cerita pendek dari Imajinasi Penulis Blog.
- Baca juga cerita fiksi yang lain : Pendekar Singo Barantai dari Pekanbaru Bertuah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar