TERDAPAT tiga hal umum yang menyebabkan bercak kecokelatan pada wajah, yaitu sinar matahari, bekas jerawat, dan melasma. Membahas melasma, hal itu terjadi akibat hiperpigmentasi yang terjadi pada kulit manusia.
Hiperpigmentasi itu terjadi akibat tiga hal, yakni paparan sinar ultraviolet dalam jangka yang panjang, faktor hormon, dan genetik.
Menurut dokter spesialis kulit Bamed Skin Care, Mardiati Ganjardani, saat mengisi seminar bertema Jangan sembarangan cermatlah merawat kulit di Jakarta, beberapa waktu lalu, gangguan melasma lebih sulit ditangani jika dibandingkan dengan noda-noda di wajah akibat gangguan lain.
Umumnya melasma terjadi di beberapa bagian wajah seperti pipi, dahi, atas bibir, dan rahang. Berbeda dengan gangguan bercak akibat paparan matahari yang muncul secara acak di wajah, melasma berbentuk simetris dengan berkumpul di beberapa bagian dari wajah.
Bercak kecokelatan akibat melasma akan mudah terasa perih dan terbakar bila terpapar matahari dan berada di suhu yang tinggi. “Untuk itu harus dilakukan perawatan dan tabir surya, setidaknya yang mengandung SPF 30. Itu pun harus terus dibubuhkan ulang setiap beberapa jam,“ tambah Mardiati.
Gangguan melasma lebih banyak terjadi pada perempuan. Hormon-hormon yang ada di tubuh perempuan lebih besar peluangnya untuk menciptakanmelanogenesis sebagai hormon pembentuk pigmen. Meski demikian, laki-laki tetap berpotensi mengalami gangguan kulit yang paling banyak terjadi pada ras kulit warga Asia, Mediterania, dan Amerika Latin ini.
Di Indonesia, berdasarkan pusat data pasien kulit dan kelamin RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, diketahui melasma menjadi gangguan pada wajah yang paling banyak diderita setelah jerawat. Terdapat lebih dari 150 kasus melasma yang terjadi pada pasien di tahun tersebut. Umumnya, pasien ialah yang setiap harinya melakukan aktivitas fisik tinggi dan sering terpapar sinar ultraviolet.
Melasma dapat dihilangkan dengan pertama-tama menghindari faktorfaktor utama yang menjadi penyebabnya.
Penggunaan tabir surya dan melindungi wajah dari sinar matahari juga harus dilakukan terus-menerus. Apabila penyebabnya ialah faktor hormonal atau genetik, pasien dapat melakukan terapi hormon untuk menghambat produksi hormon melanogenesis.
“Sangat disarankan pasien terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter untuk mengetahui penyebabnya. Setelah itu baru bisa diketahui terapi apa yang paling cocok,“ ujar Adhimukti T Sampurna, dokter spesialis kulit di tempat yang sama.
Selain dengan obat, terapi hormon, dan penggunaan tabir surya, melasma juga dapat dihilangkan dengan menggunakan laser. “Sebaiknya segera diobati agar tidak terjadi gangguan kulit lain yang tidak diharapkan karena melasma juga bisa menandakan telah terlalu besarnya paparan sinar uv pada kulit. Hal itu bila tidak ada perbaikan bisa menyebabkan tumor pada kulit, baik jinak ataupun ganas,“ tutup Adhimukti. (Pro/H-5) Media Indonesia, 6 Januari 2016, Halaman 13
Hiperpigmentasi itu terjadi akibat tiga hal, yakni paparan sinar ultraviolet dalam jangka yang panjang, faktor hormon, dan genetik.
Menurut dokter spesialis kulit Bamed Skin Care, Mardiati Ganjardani, saat mengisi seminar bertema Jangan sembarangan cermatlah merawat kulit di Jakarta, beberapa waktu lalu, gangguan melasma lebih sulit ditangani jika dibandingkan dengan noda-noda di wajah akibat gangguan lain.
Umumnya melasma terjadi di beberapa bagian wajah seperti pipi, dahi, atas bibir, dan rahang. Berbeda dengan gangguan bercak akibat paparan matahari yang muncul secara acak di wajah, melasma berbentuk simetris dengan berkumpul di beberapa bagian dari wajah.
Bercak kecokelatan akibat melasma akan mudah terasa perih dan terbakar bila terpapar matahari dan berada di suhu yang tinggi. “Untuk itu harus dilakukan perawatan dan tabir surya, setidaknya yang mengandung SPF 30. Itu pun harus terus dibubuhkan ulang setiap beberapa jam,“ tambah Mardiati.
Gangguan melasma lebih banyak terjadi pada perempuan. Hormon-hormon yang ada di tubuh perempuan lebih besar peluangnya untuk menciptakanmelanogenesis sebagai hormon pembentuk pigmen. Meski demikian, laki-laki tetap berpotensi mengalami gangguan kulit yang paling banyak terjadi pada ras kulit warga Asia, Mediterania, dan Amerika Latin ini.
Di Indonesia, berdasarkan pusat data pasien kulit dan kelamin RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, diketahui melasma menjadi gangguan pada wajah yang paling banyak diderita setelah jerawat. Terdapat lebih dari 150 kasus melasma yang terjadi pada pasien di tahun tersebut. Umumnya, pasien ialah yang setiap harinya melakukan aktivitas fisik tinggi dan sering terpapar sinar ultraviolet.
Melasma dapat dihilangkan dengan pertama-tama menghindari faktorfaktor utama yang menjadi penyebabnya.
Penggunaan tabir surya dan melindungi wajah dari sinar matahari juga harus dilakukan terus-menerus. Apabila penyebabnya ialah faktor hormonal atau genetik, pasien dapat melakukan terapi hormon untuk menghambat produksi hormon melanogenesis.
“Sangat disarankan pasien terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter untuk mengetahui penyebabnya. Setelah itu baru bisa diketahui terapi apa yang paling cocok,“ ujar Adhimukti T Sampurna, dokter spesialis kulit di tempat yang sama.
Selain dengan obat, terapi hormon, dan penggunaan tabir surya, melasma juga dapat dihilangkan dengan menggunakan laser. “Sebaiknya segera diobati agar tidak terjadi gangguan kulit lain yang tidak diharapkan karena melasma juga bisa menandakan telah terlalu besarnya paparan sinar uv pada kulit. Hal itu bila tidak ada perbaikan bisa menyebabkan tumor pada kulit, baik jinak ataupun ganas,“ tutup Adhimukti. (Pro/H-5) Media Indonesia, 6 Januari 2016, Halaman 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar