Jumat, 06 Juni 2014

Jangan Sembarang Beli Gendongan

Gendongan yang tepat bisa menyokong perkembangan buah hati Anda di masa depan.
MITOS bau tangan takjarang menghalangi orangtua untuk mendekap anaknya lebih sering.
Padahal, sentuhan fisik berpengaruh besar, baik dalam perkembangan fisik maupun emosi anak.
Dokter spesialis anak Wiyarni Pambudi menyatakan dekapan ibu berkontribusi positif dalam pembentukan bagian frontalis otak bayi yang mengatur emosi, khususnya dalam tahun pertama kelahiran.
Rasa takut, marah, dan sedih yang diakibatkan tekanan karena merasa terpisah memerlukan respons emosional dari orangtuanya.

“Ketika anak tidak cukup dibantu mengatasi perasaannya, otak anak tersebut mungkin tidak bisa berkembang dalam hal kemampuan mengelola tekanan secara efektif. Cara pencegahannya ialah menstimulasi mereka untuk memproduksi hormon oksitosin di dalam otak sehingga mereka lebih tenang,“ ungkap perempuan yang akrab disapa Wiwin itu dalam sebuah talkshow di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menstimulasi pengeluaran hormon oksitosin itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, meliputi sentuhan dan pijatan; menyusui; memberikan kehangatan; gerakan dan guncangan; hingga sapaan dengan suara rendah.
Semua cara itu melibatkan kontak kulit antara ibu dan bayi.

Itu merupakan cara terbaik untuk menjaga bayi tetap hangat. Salah satu cara kontak antara ibu dan bayi ialah menggendongnya. Menurut Wiwin, penggunaan gendongan dengan tepat bisa membantu perkembangan fisik bayi.
Pada bulan-bulan pertama kelahiran, para orangtua disarankan menggunakan gendongan yang bisa menopang tulang punggung bayi yang cenderung meringkuk agar tidak menekan jalan napasnya.

Seiring waktu, punggung bayi semakin kuat dan bisa mulai didudukkan. Gendongan yang baik, sambung Wiwin, sebaiknya bisa menopang posisi tubuh bayi untuk duduk secara normal. Jarak antarkaki jangan terlalu rapat satu sama lain dan menjuntai secara bebas. Posisi tersebut mencegah bayi mengalami perubahan posisi sehingga menghambat kemampuan berjalan anak.
“Sendi panggul bayi merupakan tulang rawan. Otot panggul menyediakan stabilitas sendi dalam posisi duduk santai. Dalam posisi tersebut, rongga panggul dapat berkembang secara normal,” terang Wiwin.

Posisi menggendong bayi semestinya bisa menopang bayi secara vertikal. Posisi demikian mencegah bayi mengalami sindrom kepala datar (fl at head syndrom) atau dalam bahasa awam disebut peang. Anda tak selalu harus menggendong bayi di depan dada, tetapi juga bisa di samping ataupun di belakang punggung.
Yang terpenting, gendongan tersebut menyangga posisi tubuh bayi dan ibunya secara normal dan nyaman.

“Solusi untuk meredakan stres anak itu dipeluk ibunya. Kalau Anda menolak untuk menggendongnya, dia bisa salah artikan sebagai penolakan. Jadi, gendong saja. Lagi pula, enggak ada anak usia 7-8 tahun masih pengin digendong. Secara alami, anak akan melepaskan diri,” papar Wiwin.

Ergonomis Terkait dengan hal itu, distributor produk bayi Bloom and Grow menawarkan dua varian terbaru gendongan yang ergonomis. Four Position 360 Ergobaby Carrier, misalnya, memungkinkan ibu menggendong bayi dalam empat posisi, yaitu ke dalam, ke luar, menyamping, dan dari belakang. Masing-masing memiliki setelan pundak, pinggang, tempat gendong, dan senderan leher yang dapat disesuaikan dengan berat serta postur ibu dan anak.

Varian kedua ialah Ergobaby Wrap yang dibuat untuk menggendong bayi baru lahir di dada orangtua. Gendongan itu terbuat dari bahan 4D stretch yang fleksibel dan mampu menghangatkan tubuh bayi. Desain gendongan ini mampu mempertahankan posisi bayi agar tidak mudah melorot dan dapat bergerak mengikuti posisi ibu dan bayi. “Gendongan ini ringan buat aku sehingga punggung aku enggak mudah capek. Saat pergi ke mal, pas bawa troli, aku bisa menggendong dia di depan dan bisa sambil menyusui juga karena terlindung,“ ujar presenter Astrid Tiar yang didapuk menjadi duta produk tersebut. (S-5) - Media Indonesia, 30/05/2014, halaman 30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar