Jumat, 30 Mei 2014

Kurangi Nyeri Haid dengan Zat Besi

JUMLAH pekerja wanita di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 44,86% dari jumlah penduduk Indonesia atau lebih dari 14 juta iwa. Meski demikian, Data Biro Pusat Statistik Jakarta pada 2010 menunjukkan produktivitas kerja wanita cenderung turun sekitar 6,5 jam per minggu pada saat menstruasi. Hal itu disebabkan status gizi dan kesehatan yang buruk kala menstruasi.

Dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Inge Permadhi SpGK mengatakan siklus menstruasi membuat perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak daripada laki-laki. Pada saat menstruasi, jumlah rata-rata darah dan cairan yang dikeluarkan diperkirakan sebanyak 35-50 cc. Per 30 cc jumlah darah yang hilang pada periode itu, perempuan kehilangan 30 mg zat besi.

Namun, belum banyak perempuan yang cukup teredukasi untuk menyiapkan tubuh dalam menghadapi masa menstruasi. Akibatnya, tubuh terasa lemas, letih, lesu, lelah, tidak bertenaga, sampai mata berkunangkunang. Padahal bila sel darah merah dan zat besi yang hilang itu dapat diganti, tubuh akan tetap fit, bahkan risiko mengalami premenstrual syndrome (PMS) seperti nyeri perut juga bisa berkurang.

“Penelitian yang dilakukan selama 10 tahun terhadap lebih dari 1.000 wanita dengan PMS membuktikan wanita yang mengonsumsi banyak zat besi nonheme memiliki risiko 30%-40% lebih rendah dalam mengalami PMS jika dibandingkan dengan wanita yang sedikit mengonsumsinya,” tutur Inge dalam acara peluncuran produk suplemen zat besi Sangobion Femine, di Jakarta, Jumat (23/5).
Zat besi nonheme ialah zat besi yang ditemukan dalam makanan sehari-hari, terutama pada sayuran berdaun hijau gelap. Zat besi non
heme hanya dapat diserap sebanyak 1%-2%. Namun bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan bervitamin C, kadar hemoglobin dapat naik secara bermakna. Vitamin C juga diperlukan untuk mempercepat penyerapan zat besi dan asam folat yang berperan dalam meningkatkan produksi sel darah merah.

“Jadi, para perempuan perlu mengonsumsi makanan agar sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas.
Jenis makanan yang dikonsumsi juga mesti bervariasi agar memiliki komposisi gizi seimbang, mencakup zat besi, asam folat, dan zat-zat lain yang dibutuhkan,“ saran Inge.

Ia juga menyarankan kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Asam folat pada kesempatan sama, Scientific Manager sekaligus Consumer Health Division PT Merck Tbk, dr Fatimah Pitaloca, menjelaskan asam folat dari sumber alamiah justru mudah rusak akibat oksigen dan suhu panas dalam proses memasak.
“Folat dari sumber alami juga hanya 10% yang bisa diserap oleh tubuh. Solusinya, kekurangan asam folat dari bahan makanan alami dapat diatasi dengan suplementasi asam folat aktif atau metafolin. Metafolin merupakan folat aktif generasi baru yang bisa digunakan tubuh tanpa proses metabolisme lebih lanjut,“ ujarnya.

Fatimah juga menekankan pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin dalam tubuh secara rutin. “Bagi yang berisiko terkena anemia, pemeriksaan dapat dilakukan setahun sekali. Sebagai pemeriksaan awal, dapat dilakukan dengan mendeteksi gejala dan risiko anemia, khususnya karena menstruasi.“ (*/H-3) - Media Indonesia, 28/05/2014, halaman 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar