Meski gaun malam masih mendominasi, tidak sedikit desainer di Paris, Prancis, yang menawarkan konsep baru. Adibusana kini juga diartikan lebih fleksibel dan bahkan bisa dipakai sehari-hari.
GAMBARAN paling mudah untuk adibusana (haute couture) mung kin adalah gaun-gaun untuk acara karpet merah. Sebabnya memang n yang dipakai oleh para selebritas di acara itu umumnya ialah gaun eksklusif yang dibuat khusus untuk sang pemesan.
Gaun itu juga dibuat dengan bahan berkualitas tinggi dan hampir seluruh pengerjaannya dilakukan secara manual, bukan dengan mesin.
Meski kualitas dan teknik tetap sama, ada arah baru yang terlihat di pekan mode adibusana yang berlangsung sepanjang minggu ini di Paris, Prancis.
Arah baru itu salah satunya tampak di peragaan busana koleksi Dior yang ber langsung Senin (7/7) waktu setempat.
Seperti dilansir Style.com, sang desainer Dior--Raf Simons--menilai bahwa adibu sana bukan lagi hanya dipakai untuk satu acara khusus. Dengan harga yang bisa mencapai jutaan dolar AS, menurut Simons, seharusnya adibusana justru bisa dipakai dalam sehari-hari.
Konsep baru desainer asal Belgia, yang telah beberapa tahun ini jadi bintang di Paris, diwujudkan dalam busana yang mengambil inspirasi mulai dari zaman Marie Antio nette, era Belle Epoque (pasca Perang Dunia I), hingga masa ala cerita fiksi ilmiah.
Era Marie Antoinette ditunjukkan dengan gaun dengan struk tur pinggul yang mengembang. Na mun, tampilan romantisnya sama sekali ti dak kuno.
Simons, yang gaunnya dipilih Jennifer Lawrence di dua Oscar terakhir, mengemas menjadi benar-benar kini dengan warna yang bersih seperti putih dan biru muda, garis leher V yang simpel, lengan terbuka, dan hanya sedikit aksen hiasan.
Adibusana yang tampil layaknya busana siap pakai juga terlihat di peragaan Armani Prive. Berlangsung Selasa (8/7) waktu setempat, koleksinya bahkan berupa jaket a-line, rok mini, hingga celana pendek. Namun, tentu saja semuanya dikemas sophisticated dan canggih khas Armani.
Misalnya detail mirip paku tumpul pada rok mini bergelombang yang terbuat dari enamel. Sementara itu, blus dan gaun merah menyala yang kaku ternyata dibentuk dari pita tenunan. Lalu bahan yang terlihat seperti bulu ternyata dibuat dari organza dan mohair dibuat dari nilon.
Desainer lain yang ikut dalam arah baru ini ialah Giambattista Valli. Desainer Prancis kelahiran Italia itu menampilkan koleksi yang diangkat dari bayangannya akan perempuan yang menikmati taman bunga di hari cerah.
Koleksinya terdiri dari gaun-gaun yang cantik penuh bordir bunga hingga gaun dengan rok lebar yang seperti bermaterial lapisan bulu.
Gaun-gaun itu menjadi tidak biasa dengan twist di bagian depan atau dengan padanan kemeja. “Rahasia tampilan gadis-gadis saya adalah karena mereka selalu eksentrik,“ cetus Valli. Koleksi lain yang menarik datang dari Atelier Versace dan Elie Saab.
Meski demikian, kedua rumah mode itu masih lebih didominasi konsep lama dengan busana malam yang feminin dan seksi. Pada koleksi Versace, kesan seksi dan sedikit nakal bukan hanya muncul lewat belahan supertinggi yang menjadi ciri khasnya, tetapi juga lewat bahan sutra yang dilapisi silikon hitam.
Kebangkitan adibusana Tidak hanya arah baru, pekan mode adibusana kali ini juga dinilai sebagai kebangkitan adibusana. Sebelumnya lini adibusana dinilai kalah pamor dengan lini siap pakai.
“Dengan banyaknya perhatian dari rumahrumah busana terhadap tradisi dan peninggalan yang ada pada mereka, adibusana telah kembali ke panggung utama sebagaimana memang merupakan perwujudan dari savoir-faire (kemampuan untuk ber adaptasi),“ tutur Long Nguyen, pendiri dan Direktur Gaya Majalah Flaunt.
Lebih lanjut, Nguyen menuturkan adanya faktor eksternal yang mendorong kebangkitan adibusana. Itu tidak lain, dan sepertinya justru yang paling berpengaruh, lantaran adanya pasar baru dari wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Faktor kedua itu dibenarkan pula oleh sosialita terkenal asal Libanon, Mouna Ayoub. Menurutnya, kabar dari mulut ke mulut telah menarik para orang kaya dari Timur Tengah untuk membeli baju adibusana dari rumah mode Eropa. (M-3) Media Indonesia, 13 Juli 2014, Halaman 13
GAMBARAN paling mudah untuk adibusana (haute couture) mung kin adalah gaun-gaun untuk acara karpet merah. Sebabnya memang n yang dipakai oleh para selebritas di acara itu umumnya ialah gaun eksklusif yang dibuat khusus untuk sang pemesan.
Gaun itu juga dibuat dengan bahan berkualitas tinggi dan hampir seluruh pengerjaannya dilakukan secara manual, bukan dengan mesin.
Meski kualitas dan teknik tetap sama, ada arah baru yang terlihat di pekan mode adibusana yang berlangsung sepanjang minggu ini di Paris, Prancis.
Arah baru itu salah satunya tampak di peragaan busana koleksi Dior yang ber langsung Senin (7/7) waktu setempat.
Seperti dilansir Style.com, sang desainer Dior--Raf Simons--menilai bahwa adibu sana bukan lagi hanya dipakai untuk satu acara khusus. Dengan harga yang bisa mencapai jutaan dolar AS, menurut Simons, seharusnya adibusana justru bisa dipakai dalam sehari-hari.
Konsep baru desainer asal Belgia, yang telah beberapa tahun ini jadi bintang di Paris, diwujudkan dalam busana yang mengambil inspirasi mulai dari zaman Marie Antio nette, era Belle Epoque (pasca Perang Dunia I), hingga masa ala cerita fiksi ilmiah.
Era Marie Antoinette ditunjukkan dengan gaun dengan struk tur pinggul yang mengembang. Na mun, tampilan romantisnya sama sekali ti dak kuno.
Simons, yang gaunnya dipilih Jennifer Lawrence di dua Oscar terakhir, mengemas menjadi benar-benar kini dengan warna yang bersih seperti putih dan biru muda, garis leher V yang simpel, lengan terbuka, dan hanya sedikit aksen hiasan.
Adibusana yang tampil layaknya busana siap pakai juga terlihat di peragaan Armani Prive. Berlangsung Selasa (8/7) waktu setempat, koleksinya bahkan berupa jaket a-line, rok mini, hingga celana pendek. Namun, tentu saja semuanya dikemas sophisticated dan canggih khas Armani.
Misalnya detail mirip paku tumpul pada rok mini bergelombang yang terbuat dari enamel. Sementara itu, blus dan gaun merah menyala yang kaku ternyata dibentuk dari pita tenunan. Lalu bahan yang terlihat seperti bulu ternyata dibuat dari organza dan mohair dibuat dari nilon.
Desainer lain yang ikut dalam arah baru ini ialah Giambattista Valli. Desainer Prancis kelahiran Italia itu menampilkan koleksi yang diangkat dari bayangannya akan perempuan yang menikmati taman bunga di hari cerah.
Koleksinya terdiri dari gaun-gaun yang cantik penuh bordir bunga hingga gaun dengan rok lebar yang seperti bermaterial lapisan bulu.
Gaun-gaun itu menjadi tidak biasa dengan twist di bagian depan atau dengan padanan kemeja. “Rahasia tampilan gadis-gadis saya adalah karena mereka selalu eksentrik,“ cetus Valli. Koleksi lain yang menarik datang dari Atelier Versace dan Elie Saab.
Meski demikian, kedua rumah mode itu masih lebih didominasi konsep lama dengan busana malam yang feminin dan seksi. Pada koleksi Versace, kesan seksi dan sedikit nakal bukan hanya muncul lewat belahan supertinggi yang menjadi ciri khasnya, tetapi juga lewat bahan sutra yang dilapisi silikon hitam.
Kebangkitan adibusana Tidak hanya arah baru, pekan mode adibusana kali ini juga dinilai sebagai kebangkitan adibusana. Sebelumnya lini adibusana dinilai kalah pamor dengan lini siap pakai.
“Dengan banyaknya perhatian dari rumahrumah busana terhadap tradisi dan peninggalan yang ada pada mereka, adibusana telah kembali ke panggung utama sebagaimana memang merupakan perwujudan dari savoir-faire (kemampuan untuk ber adaptasi),“ tutur Long Nguyen, pendiri dan Direktur Gaya Majalah Flaunt.
Lebih lanjut, Nguyen menuturkan adanya faktor eksternal yang mendorong kebangkitan adibusana. Itu tidak lain, dan sepertinya justru yang paling berpengaruh, lantaran adanya pasar baru dari wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Faktor kedua itu dibenarkan pula oleh sosialita terkenal asal Libanon, Mouna Ayoub. Menurutnya, kabar dari mulut ke mulut telah menarik para orang kaya dari Timur Tengah untuk membeli baju adibusana dari rumah mode Eropa. (M-3) Media Indonesia, 13 Juli 2014, Halaman 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar