MEMILIKI anak cerdas menjadi dambaan tiap orangtua. Untuk mewujudkannya, beragam upaya dilakukan para orangtua, seperti menyekolahkan anak di sekolah unggulan dan mengikutsertakan anak dalam berbagai jenis les.
Upaya-upaya itu tentu boleh saja dilakukan. Namun, perlu diingat, mewujudkan anak cerdas tidak bisa secara instan. Upaya itu harus dilakukan sejak dini. Perilaku orangtua semasa anak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun diketahui turut memegang peran penting. Periode yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan anak itu menentukan tumbuh kembang di usia selanjutnya, termasuk tingkat kecerdasan dan perilaku mereka.
“Ada dua hal yang berpengaruh pada kecerdasan anak, yakni faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan inilah yang bisa dimodifi kasi. Faktor lingkungan mencakup nutrisi dan stimulasi. Keduanya harus diperoleh anak secara optimal dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak,” terang Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RSU dr Soetomo-Fakultas Kedokteran Unair dr Ahmad Suryawan SpA(K) dalam media workshop yang diselenggarakan merek produk susu Morinaga di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Mengapa harus di masa 1.000 hari pertama kehidupan? Sebab, kata dia, pada periode itu pertumbuhan otak anak berjalan paling pesat. Secara umum, 80% sirkuit otak terbentuk hingga anak berusia 2 tahun. Kemudian, pada usia 2-6 tahun sirkuit otak akan mencapai 95%. Kualitas sirkuit otak itu menentukan tingkat kecerdasan anak.
“Hanya dengan nutrisi dan stimulasi yang baik, pembentukan sirkuit otak yang optimal bisa terwujud.“
Merawat kehamilan, pemberian air susu ibu eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi, dilanjutkan dengan pemberian makanan bergizi lengkap seimbang merupakan faktor nutrisi yang harus dipenuhi.
Adapun faktor stimulasi, lanjutnya, diberikan melalui pola asuh yang tepat, antara lain orangtua harus memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak, banyak-banyak bermain dan berinteraksi dengan anak, serta memberi teladan perilaku baik.
“Usia 0-2 tahun disebut periode paling kritis karena di masa itu anak bisa dengan cepat menyerap berbagai input dari lingkungan. Kalau input-nya baik, anak menjadi baik.
Sebaliknya, kalau buruk, anak juga bisa mengalami gangguan perkembangan. Periode kritis itu berlanjut hingga anak berusia enam tahun,” imbuh Suryawan. Sementara itu, psikolog Rose Mini mengingatkan para orangtua bahwa kecerdasan dan perilaku anak tidak bisa terbentuk secara instan. “Dibutuhkan pola asuh yang tepat untuk membentuk anak berperilaku cerdas dan cerdas berperilaku,” ujarnya.
Pada kesempatan sama, Ketua UKK Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Eddy Fadlyana SpA(K) memaparkan, meski berbagai informasi mengenai pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan anak telah tersebar luas, gangguan perkembangan pada balita masih saja banyak terjadi di Indonesia.
Di daerah perkotaan prevalensinya sekitar 19%, sedangkan di perdesaan mencapai 30%.
“Gangguan perkembangan ini umumnya bisa dihindari bila orangtua berperan aktif sejak awal dan memahami setiap tahapan tumbuh kembang anak,” ujar Eddy.
Atas fakta-fakta itu, Kalbe Nutritionals melalui produk Morinaga berinisiatif untuk turut berperan menyosialisasikan pentingnya nutrisi dan stimulasi di awal kehidupan anak melalui berbagai kegiatan, antara lain workshop bertajuk Siap Cerdaskan si Kecil sejak Dini yang menghadirkan para pakar serta arena permainan edukatif berbasis multiple intelligence Dunia Generasi Platinum yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. “Kegiatan itu wujud komitmen kami meningkatkan pemahaman orangtua akan kebutuhan nutrisi dan stimulasi pada anak, juga membantu tumbuh kembang anak Indonesia,” ujar Business Unit Head Nutrition for Kids Kalbe Nutritionals Helly Oktaviana. (Nik/H-3) Media Indonesia, 27/08/2014, hal 25
Upaya-upaya itu tentu boleh saja dilakukan. Namun, perlu diingat, mewujudkan anak cerdas tidak bisa secara instan. Upaya itu harus dilakukan sejak dini. Perilaku orangtua semasa anak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun diketahui turut memegang peran penting. Periode yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan anak itu menentukan tumbuh kembang di usia selanjutnya, termasuk tingkat kecerdasan dan perilaku mereka.
“Ada dua hal yang berpengaruh pada kecerdasan anak, yakni faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan inilah yang bisa dimodifi kasi. Faktor lingkungan mencakup nutrisi dan stimulasi. Keduanya harus diperoleh anak secara optimal dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak,” terang Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RSU dr Soetomo-Fakultas Kedokteran Unair dr Ahmad Suryawan SpA(K) dalam media workshop yang diselenggarakan merek produk susu Morinaga di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Mengapa harus di masa 1.000 hari pertama kehidupan? Sebab, kata dia, pada periode itu pertumbuhan otak anak berjalan paling pesat. Secara umum, 80% sirkuit otak terbentuk hingga anak berusia 2 tahun. Kemudian, pada usia 2-6 tahun sirkuit otak akan mencapai 95%. Kualitas sirkuit otak itu menentukan tingkat kecerdasan anak.
“Hanya dengan nutrisi dan stimulasi yang baik, pembentukan sirkuit otak yang optimal bisa terwujud.“
Merawat kehamilan, pemberian air susu ibu eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi, dilanjutkan dengan pemberian makanan bergizi lengkap seimbang merupakan faktor nutrisi yang harus dipenuhi.
Adapun faktor stimulasi, lanjutnya, diberikan melalui pola asuh yang tepat, antara lain orangtua harus memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak, banyak-banyak bermain dan berinteraksi dengan anak, serta memberi teladan perilaku baik.
“Usia 0-2 tahun disebut periode paling kritis karena di masa itu anak bisa dengan cepat menyerap berbagai input dari lingkungan. Kalau input-nya baik, anak menjadi baik.
Sebaliknya, kalau buruk, anak juga bisa mengalami gangguan perkembangan. Periode kritis itu berlanjut hingga anak berusia enam tahun,” imbuh Suryawan. Sementara itu, psikolog Rose Mini mengingatkan para orangtua bahwa kecerdasan dan perilaku anak tidak bisa terbentuk secara instan. “Dibutuhkan pola asuh yang tepat untuk membentuk anak berperilaku cerdas dan cerdas berperilaku,” ujarnya.
Pada kesempatan sama, Ketua UKK Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Eddy Fadlyana SpA(K) memaparkan, meski berbagai informasi mengenai pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan anak telah tersebar luas, gangguan perkembangan pada balita masih saja banyak terjadi di Indonesia.
Di daerah perkotaan prevalensinya sekitar 19%, sedangkan di perdesaan mencapai 30%.
“Gangguan perkembangan ini umumnya bisa dihindari bila orangtua berperan aktif sejak awal dan memahami setiap tahapan tumbuh kembang anak,” ujar Eddy.
Atas fakta-fakta itu, Kalbe Nutritionals melalui produk Morinaga berinisiatif untuk turut berperan menyosialisasikan pentingnya nutrisi dan stimulasi di awal kehidupan anak melalui berbagai kegiatan, antara lain workshop bertajuk Siap Cerdaskan si Kecil sejak Dini yang menghadirkan para pakar serta arena permainan edukatif berbasis multiple intelligence Dunia Generasi Platinum yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. “Kegiatan itu wujud komitmen kami meningkatkan pemahaman orangtua akan kebutuhan nutrisi dan stimulasi pada anak, juga membantu tumbuh kembang anak Indonesia,” ujar Business Unit Head Nutrition for Kids Kalbe Nutritionals Helly Oktaviana. (Nik/H-3) Media Indonesia, 27/08/2014, hal 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar