Wewangian yang tepat bisa meningkatkan kepercayaan diri. Pilihlah wangi yang tepat agar tidak membuka kesalahan kesan. KIKI, 25, selalu menaruh sebotol kecil parfum favoritnya di dalam tas ke mana pun ia pergi. Pekerjaannya sebagai jurnalis sebuah media daring menuntutnya untuk sering berada di luar kantor. Mobilitas tinggi yang dijalani membuat perempuan berambut sebahu itu sering terkena polusi dan bau matahari. Situasi itu pun sering membuatnya tak nyaman. Meski begitu, ia bisa kembali percaya diri hanya dengan menyemprotkan parfum secukupnya.
“Rasanya lebih percaya diri aja kalau kita wangi saat ketemu orang lain,“ sahutnya ketika ditemui di Jakarta, kemarin. Kebiasaan mengenakan wewangian tak hanya dilakukan Kiki. Menurut survei yang dilakukan International Flavors and Fragance (IFF) pada awal 2014 lalu, 59% responden perempuan Indonesia selalu menggunakan parfum setiap hari. Adapun 74% responden menyatakan bahwa parfum digunakan hanya ketika mereka menghadiri pesta.Itu menunjukkan bahwa wewangian sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.
Survei tersebut juga memetakan ada sejumlah jenis wewangian yang disukai kebanyakan perempuan di Indonesia. Yang paling dominan ialah aroma beriberian, seperti stroberi, rasberi, dan bluberi, yang diyakini mampu membangkitkan perasaan gembira dan menyenangkan. Wewangian lainnya ialah yang mampu memberikan kesan manis, trendi, dan berjiwa muda, seperti kombinasi aroma bunga-vanila dan permen.Di urutan ketiga, wewangian beraroma bunga, baik orisinal maupun dikombinasikan dengan sitrus, menarik perhatian perempuan Indonesia karena dianggap mampu memberi kesan berjiwa muda.
“Dari survei tersebut, bisa disimpulkan bahwa konsumen di Indonesia menyenangi aroma wewangian yang memberi kesan sejuk dan manis.Mungkin karena kondisi di sini yang cukup lembap sehingga mereka mencari yang sejuk,“ terang Scent Design Ascociate IFF Retta Nugrahani. Wewangian yang segar tersebut, sambung dia, bisa didapatkan dari aroma buah-buahan yang dikomposisikan sebagai `top notes'. Lapisan teratas itu adalah kesan awal dari parfum ketika dicium pertama kali dan mudah sekali menguap di udara setelah pemakaian.
Di bawah top notes terdapat middle notes yang memberi karakter terhadap parfum. Mengingat konsumen Indonesia menyenangi aroma manis, lapisan middle notes ini bisa diisi dengan macammacam aroma bunga-bungaan, seperti melati, mawar, dan peoni. Karakteristik lapisan itu memiliki aroma yang lebih tahan lama jika dibandingkan dengan lapisan top notes. Lapisan terakhir disebut bottom notes yang memiliki ketahanan paling lama. Lapisan itu biasanya diisi oleh tipe wewangian yang maskulin atau rempah-rempah, seperti sandalwood, vanila, dan woody.
“Karena berlapis-lapis, wangi parfum itu menjadi tahan lama. Tetapi, wewangian ini bisa mudah hilang karena terekspos dengan panas. Makanya, menyimpan botol parfum itu sebaiknya di suhu kamar agar lebih awet,“ sambungnya.Alternatif parfum Kandungan ekstrak wangi dari parfum menentukan kategori parfum di pasaran. Parfum, disebut pula fine fragance, berada pada posisi teratas dengan kandungan ekstrak pewangi sebesar 20%-30% jika dibandingkan dengan komposisi pelarutnya. Di bawah itu, terdapat eau de parfum (15%-20%), eau de toilette (8%-15%), dan eau de cologne (3%-8%).Komposisi itu memengaruhi harga akhir parfum.
“Di Indonesia, yang paling umum, konsumen memilih eau de toilette atau body mist. Parfum itu hanya segmen tertentu karena memang kemampuan belinya hanya sedikit,“ tutur Retta. Kondisi tersebut tak menahan keinginan konsumen untuk menggunakan wewangian yang tahan lama dengan harga terjangkau. Merespons hal itu, Unilever mengembangkan teknologi yang diberi nama encapsulated perfume.Teknologi tersebut membuat kandungan parfum diikat dalam bentuk butiran berukuran mikro dan hanya dapat terlepas jika terjadi gesekan.
Teknologi itu diterapkan dalam produk pelembut pakaian sehingga membuat masalah harga teratasi bagi mayoritas konsumen di Indonesia. Kelebihan lainnya ialah kemampuan merilis parfum lebih tahan lama meski kandungan ekstrak pewanginya hanya 2,5%.
“Kita menyadari kalau terkena panas, parfum cepat menguap. Karena itu, kita ciptakan teknologi encapsulated perfume ini yang mengikat parfum dalam butiran-butiran dan hanya rilis ketika ada gesekan,“ sahut Brand Manager Molto Pauline Lionosari dalam peluncuran varian Molto Black dan Gold di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa formulasi parfum tersebut disesuaikan dengan keinginan konsumen Indonesia.Aroma yang diberikan sedapat mungkin tidak bertentangan dengan aroma favorit masyarakat.Meski begitu, ia menyatakan penggunaan parfum pada produk pelembut pakaian tidak bermaksud mengganti posisi parfum asli. “Kita enggak bilang jangan pakai parfum, tapi kalau sibuk dan tak sempat menggunakan parfum, pakai pakaian yang menggunakan pelembut pakaian aja juga bisa kok tetap pede,“ tukasnya.(S-1) Media Indonesia, 22/08/2014, halaman 25
“Rasanya lebih percaya diri aja kalau kita wangi saat ketemu orang lain,“ sahutnya ketika ditemui di Jakarta, kemarin. Kebiasaan mengenakan wewangian tak hanya dilakukan Kiki. Menurut survei yang dilakukan International Flavors and Fragance (IFF) pada awal 2014 lalu, 59% responden perempuan Indonesia selalu menggunakan parfum setiap hari. Adapun 74% responden menyatakan bahwa parfum digunakan hanya ketika mereka menghadiri pesta.Itu menunjukkan bahwa wewangian sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.
Survei tersebut juga memetakan ada sejumlah jenis wewangian yang disukai kebanyakan perempuan di Indonesia. Yang paling dominan ialah aroma beriberian, seperti stroberi, rasberi, dan bluberi, yang diyakini mampu membangkitkan perasaan gembira dan menyenangkan. Wewangian lainnya ialah yang mampu memberikan kesan manis, trendi, dan berjiwa muda, seperti kombinasi aroma bunga-vanila dan permen.Di urutan ketiga, wewangian beraroma bunga, baik orisinal maupun dikombinasikan dengan sitrus, menarik perhatian perempuan Indonesia karena dianggap mampu memberi kesan berjiwa muda.
“Dari survei tersebut, bisa disimpulkan bahwa konsumen di Indonesia menyenangi aroma wewangian yang memberi kesan sejuk dan manis.Mungkin karena kondisi di sini yang cukup lembap sehingga mereka mencari yang sejuk,“ terang Scent Design Ascociate IFF Retta Nugrahani. Wewangian yang segar tersebut, sambung dia, bisa didapatkan dari aroma buah-buahan yang dikomposisikan sebagai `top notes'. Lapisan teratas itu adalah kesan awal dari parfum ketika dicium pertama kali dan mudah sekali menguap di udara setelah pemakaian.
Di bawah top notes terdapat middle notes yang memberi karakter terhadap parfum. Mengingat konsumen Indonesia menyenangi aroma manis, lapisan middle notes ini bisa diisi dengan macammacam aroma bunga-bungaan, seperti melati, mawar, dan peoni. Karakteristik lapisan itu memiliki aroma yang lebih tahan lama jika dibandingkan dengan lapisan top notes. Lapisan terakhir disebut bottom notes yang memiliki ketahanan paling lama. Lapisan itu biasanya diisi oleh tipe wewangian yang maskulin atau rempah-rempah, seperti sandalwood, vanila, dan woody.
“Karena berlapis-lapis, wangi parfum itu menjadi tahan lama. Tetapi, wewangian ini bisa mudah hilang karena terekspos dengan panas. Makanya, menyimpan botol parfum itu sebaiknya di suhu kamar agar lebih awet,“ sambungnya.Alternatif parfum Kandungan ekstrak wangi dari parfum menentukan kategori parfum di pasaran. Parfum, disebut pula fine fragance, berada pada posisi teratas dengan kandungan ekstrak pewangi sebesar 20%-30% jika dibandingkan dengan komposisi pelarutnya. Di bawah itu, terdapat eau de parfum (15%-20%), eau de toilette (8%-15%), dan eau de cologne (3%-8%).Komposisi itu memengaruhi harga akhir parfum.
“Di Indonesia, yang paling umum, konsumen memilih eau de toilette atau body mist. Parfum itu hanya segmen tertentu karena memang kemampuan belinya hanya sedikit,“ tutur Retta. Kondisi tersebut tak menahan keinginan konsumen untuk menggunakan wewangian yang tahan lama dengan harga terjangkau. Merespons hal itu, Unilever mengembangkan teknologi yang diberi nama encapsulated perfume.Teknologi tersebut membuat kandungan parfum diikat dalam bentuk butiran berukuran mikro dan hanya dapat terlepas jika terjadi gesekan.
Teknologi itu diterapkan dalam produk pelembut pakaian sehingga membuat masalah harga teratasi bagi mayoritas konsumen di Indonesia. Kelebihan lainnya ialah kemampuan merilis parfum lebih tahan lama meski kandungan ekstrak pewanginya hanya 2,5%.
“Kita menyadari kalau terkena panas, parfum cepat menguap. Karena itu, kita ciptakan teknologi encapsulated perfume ini yang mengikat parfum dalam butiran-butiran dan hanya rilis ketika ada gesekan,“ sahut Brand Manager Molto Pauline Lionosari dalam peluncuran varian Molto Black dan Gold di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa formulasi parfum tersebut disesuaikan dengan keinginan konsumen Indonesia.Aroma yang diberikan sedapat mungkin tidak bertentangan dengan aroma favorit masyarakat.Meski begitu, ia menyatakan penggunaan parfum pada produk pelembut pakaian tidak bermaksud mengganti posisi parfum asli. “Kita enggak bilang jangan pakai parfum, tapi kalau sibuk dan tak sempat menggunakan parfum, pakai pakaian yang menggunakan pelembut pakaian aja juga bisa kok tetap pede,“ tukasnya.(S-1) Media Indonesia, 22/08/2014, halaman 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar