Rabu, 21 Mei 2014

Selisik si Penghilang Bau Ketiak

Di balik kegunaannya, produk deodoran bisa menimbulkan iritasi kulit bagi Anda yang mudah terserang alergi atau salah penggunaan.
PANAS menyengat matahari mulai lumrah terjadi setiap hari. Ditambah dengan tingkat kelembapan yang tinggi, produksi keringat akhirnya menjadi tak terelakkan.

Keringat itu sebenarnya tak berbau.
Kerja bakteri pengurailah yang menjadi dalang si bau ketiak. Kalau dibiarkan, siapa yang bisa tahan? Nah, bagi beberapa orang, kehadiran produk deodoran menjadi penyelamat kepercayaan diri.
Sesuai dengan namanya, deodoran memang berfungsi sebagai penghilang bau.
Deodoran bekerja dengan cara memberi wangi lain yang menyamarkan sembari membunuh bakteri penyebab bau dengan menambahkan antiseptik ke dalamnya. Antiseptik yang biasa digunakan berupa alkohol.

Produk deodoran umumnya juga menggabungkan antiperspiran. Tujuannya mengurangi produksi keringat dengan menyumbat muara kelenjar keringat oleh gel mikro yang dibentuk senyawa garam aluminium. Senyawa tersebut umumnya menjadi bahan aktif antiperspiran.
Namun, tidak semua jenis kulit tahan terhadap bahan aktif tersebut.

“Pada mereka yang sensitif, bahan aluminium dapat menimbulkan reaksi alergi. Jika alergi tersebut menjadi iritasi dan dioleskan secara berlebihan, deodoran dicurigai membuat kulit menggelap,“ ujar dermatologis dari EDMO Clinic Eddy Karta SpKK kepada Media Indonesia di Jakarta, Senin (12/5).

Selain alergi, penggunaan deodoran yang salah ditengarai sebagai penyebab kulit ketiak menghitam. Contohnya ialah saat Anda mengoleskan deodoran setelah mencukur rambut ketiak maupun setelah waxing. Kedua proses tersebut sebenarnya meninggalkan trauma yang bersifat mikro alias tak kasatmata.
Penggunaan deodoran akan membuat masuknya senyawa aktif produk masuk ke dalam kulit yang sedang trauma atau terluka. Kondisi itu menimbulkan iritasi hingga bisa menginfeksi. Jika terjadi berulang, kulit tersebut berubah menjadi lebih gelap dan semakin sulit dicerahkan.

Meski begitu, terdapat pula faktor penyebab kulit ketiak menggelap lainnya.
“Kulit ketiak menghitam bisa akibat berbagai hal, misalnya cukuran dan waxing berulang, iritasi berulang, gesekan karena kegemukan, gangguan hormonal seperti pada kehamilan, dan kondisi diabetes,“ papar Eddy. Nah, ketiak yang menghitam biasanya mengusik rasa tidak percaya diri. Apalagi, banyak orang yang menganggap ketiak yang mulus tanpa nodalah yang terbaik, seperti banyak ditampilkan dalam iklan produk deodoran. Tak mengherankan jika para produsen menawarkan deodoran dengan kemampuan pencerah kulit.

Menurut Eddy, kemampuan tersebut dimungkinkan karena terdapatnya bahan eksfolian ringan dan pencerah kulit dalam deodoran dimaksud. Kandungan tersebut biasanya ringan dan aman untuk kulit, tetapi keefektifannya bergantung pada kondisi kulit masing-masing.

Pada beberapa kondisi, misalnya akibat iritasi berulang lama dan kehamilan, warna hitam itu memang tidak bisa hilang dalam waktu cepat. “Sehingga harus dicobakan dalam waktu yang relatif lebih lama,“ sahutnya.

Cara lain bisa diterapkan dengan menghindari penggunaan deodoran yang mengandung garam-garam aluminium. Ada produk deodoran yang tidak mengandung senyawa aluminium itu dan menggantinya dengan potasium. Anda juga bisa menggunakan bahanbahan alami yang ada di sekeliling untuk mengatasi bau badan. Jika mengutip laman http://www.mnn.com, Anda bisa membuat deodoran sendiri dengan mengombinasikan baking soda dengan tepung maizena. Perbandingannya 1:6. Setelah itu, oleskan sedikit di ketiak Anda setelah mandi.

“Yang pasti harus dicari dulu penyebabnya (kulit ketiak menghitam).
Kemudian, dilakukan pencegahan yang memungkinkan disesuaikan dengan penyebabnya itu,“ tukasnya. Perlindungan panjang Selain fungsi pencerah, sejumlah produsen berinovasi dengan memperpanjang kemampuan deodoran mengatasi bau badan dalam waktu lama. Beberapa produsen bahkan mengklaim produknya mampu bekerja efektif hingga 48 jam.
“Pada kondisi deodoran bertahan lama, kemungkinan itu terjadi dengan adanya antiperspiran yang bisa mengurangi produksi keringat,“ terangnya.

Meski begitu, Anda diminta kritis. Selain mempelajari isi kandungan bahan, Anda sebaiknya mengetahui format produk yang beragam, seperti cairan dan gel. Bentuk gel, misalnya, cenderung akan bertahan lama karena mengandung banyak antiperspiran, tetapi dapat mengotori pakaian sehingga menguning. “Dalam hal ini, konsumen harus mengetahui deodoran dan antiperspiran apa yang dibutuhkan disesuaikan dengan kondisi masing-masing,“ tegasnya.

Terkait dengan hal itu, inovasi pun dilakukan Nivea melalui Nivea Invisible for Black and White, produk teranyarnya.
Menurut Direktur Pemasaran Beiersdorf Indonesia Tomasz Scharwz, produk tersebut diciptakan bekerja sama dengan ahli tekstil sehingga bisa menyinergikan antiperspiran, produk yang nyaman buat kulit sekaligus tak meninggalkan noda pada pakaian.
“Berdasarkan studi, produk ini bisa bertahan hingga 48 jam, tetapi konsumen jarang memperhatikan hal ini karena kebiasaan mereka yang mandi setiap hari. Apalagi, kelembapan di sini tinggi sekali,“ pungkasnya. (S-5) Media Indonesia, 16/05/2014, halaman 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar