Faktor hormon estrogen membuat penyakit sendi itu lebih sering menimpa perempuan usia produktif. Kenali dan obati segera. Artritis rematoid merupakan salah satu jenis rematik yang disebabkan kelainan pada sistem keke balan tubuh. Kaum perempuan usia produktif lebih kerapterserang. Bila tak ditangani, penyakit itu bisa berujung pada kecacatan.
“Data menunjukkan wanita tiga kali lebih banyak terkena daripada pria,“ ujar Ketua Perhimpunan Reumatologi Indonesia Prof dr Handono Kalim dalamdiskusi media bertajuk Cermati Artritis Rematoid yang diselenggarakan perusahaan farmasiRoche Indonesia di Jakarta, pekan lalu.
Ia menjelaskan perempuan usia produktif rentan terserang penyakit itu karena faktor hormon estrogen. Saat perempuan berada di usia produktif,kadar hormon itu berada di puncaknya. Pada kondisi tertentu, hormon itu memicu reaksi au toimun hingga muncul artritis rematoid.
“Artritis rematoid termasuk kelompok penyakit autoimun, yaitu penyakit yang timbul karena sistem kekebalan tubuhmengalamikelainan se hingga me nyerang bagiantubuh sendiri,dalam hal ini menyerang sistem sendi,“ papar dokter yang juga anggota Dewan Riset Nasional itu.
Handono menambahkan belum diketahui mengapa seorang perempuan bisa terserang penyakit itu sedangkan perempuan yang lain tidak. Diduga, faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup turut menentukan. Saat proses autoimun terjadi, serangan dari sistem kekebalan tubuh menyebabkan sendi meradang, bengkak, nyeri, hingga akhirnya rusak.Sendi yang rusak bentuknya bengkok dan kaku sehingga tidak bisa lagi berfungsi normal.
Serangan artritis rematoid kerap berawal pada sendi jari dan pergelangan tangan serta kaki. Yang khas, serangan umumnya simetris, mengenai sendi kiri dan kanan tubuh.Gejala yang klasik ialah badan kaku ketika bangun pagi. Seluruh sendi kaku seperti diikat.
“Perhatikan bila tiga atau lebih sendi menjadi kemerahan, bengkak, dan hangat. Lalu kaku pada sendi yang bertahan minimal 30 menit. Jika gejala-gejala itu terjadi terus-menerus selama minimal enam minggu, patut dicurigai itu artritis rematoid. Segera periksakan ke dokter ahli reumatologi untuk memastikan diagnosis,“ terang dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu.
Pemeriksaan ke dokter tidak boleh ditunda-tunda. Jika benar penyakit itu merupakan rematoid artritis, penanganan harus segera dilakukan.Hal itu untuk mencegah keparahan lebih lanjut.
“Artritis rematoid bisa menyerang berbagai sendi. Bila jari-jari tangan yang telanjur rusak, penderita sulit menggenggam. Bila lutut yang rusak, penderita sulit berjalan. Sendi menjadi kaku dan tertekuk secara abnormal.“
Untuk memastikan diagnosis rematoid artritis diperlukan pemeriksaan laboratorium pada darah dan cairan sendi, serta pemeriksaan radiologi. Dianggap asam urat Pada kesempatan itu, Handono juga menjelaskan artritis rematoid tidak bisa disembuhkan. Namun, pengobatan harus dilakukan untuk menahan laju keparahan dan mencegah kecacatan sendi.
“Tanpa pengobatan, dalam waktu dua tahun jari-jari tangan tidak bisa berfungsi karena nyeri saat digerakkan, kaku, dan menekuk tidak sebagaimana mestinya. Jika terus dibiarkan, dalam waktu 10 tahun terjadi kecacatan permanen, penderita tidak akan mampu bergerak.“ Selain menyebabkan kerusakan sendi, rematoid artritis memiliki dampak sistemis, antara lain anemia, kelelahan, dan berrisiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).
Sayangnya, kata Handono, masyarakat sering kali keliru dengan menganggap gejala penyakit itu sebagai rematik biasa atau penyakit asam urat sehingga dianggap remeh.Akibatnya, kebanyakan pasien sering terlambat datang ke dokter. Mereka baru berobat ketika kerusakan sendi sudah melewati masa dua tahun pertamanya.
“Padahal, kalau sudah masuk tahap lanjut, pemulihan sulit dilakukan.“ Ia pun memberi kiat mendeteksi artritis rematoid secara mudah. Pertama, perhatikan sendi-sendi pada pergelangan tangan dan buku-buku jari. Tanda-tanda yang harus diwaspadai ialah merah-merah, bengkak, ataupun adanya rasa hangat. Biasanya gejala artritis rematoid itu terjadi di kedua tangan.
Kedua, lakukan squeeze test dengan cara meremas pergelangan tangan atau kaki. Rasakan apakah timbul rasa nyeri pada saat peremasan dan penekanan. Bila terasa nyeri, lanjut Handono, hasil pemeriksaan dapat dikatakan positif karena nyeri yang ditimbulkan menandakan adanya peradangan sendi. (H-3) Media Indonesia, 29/10/2014, Halaman : 25
“Data menunjukkan wanita tiga kali lebih banyak terkena daripada pria,“ ujar Ketua Perhimpunan Reumatologi Indonesia Prof dr Handono Kalim dalamdiskusi media bertajuk Cermati Artritis Rematoid yang diselenggarakan perusahaan farmasiRoche Indonesia di Jakarta, pekan lalu.
Ia menjelaskan perempuan usia produktif rentan terserang penyakit itu karena faktor hormon estrogen. Saat perempuan berada di usia produktif,kadar hormon itu berada di puncaknya. Pada kondisi tertentu, hormon itu memicu reaksi au toimun hingga muncul artritis rematoid.
“Artritis rematoid termasuk kelompok penyakit autoimun, yaitu penyakit yang timbul karena sistem kekebalan tubuhmengalamikelainan se hingga me nyerang bagiantubuh sendiri,dalam hal ini menyerang sistem sendi,“ papar dokter yang juga anggota Dewan Riset Nasional itu.
Handono menambahkan belum diketahui mengapa seorang perempuan bisa terserang penyakit itu sedangkan perempuan yang lain tidak. Diduga, faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup turut menentukan. Saat proses autoimun terjadi, serangan dari sistem kekebalan tubuh menyebabkan sendi meradang, bengkak, nyeri, hingga akhirnya rusak.Sendi yang rusak bentuknya bengkok dan kaku sehingga tidak bisa lagi berfungsi normal.
Serangan artritis rematoid kerap berawal pada sendi jari dan pergelangan tangan serta kaki. Yang khas, serangan umumnya simetris, mengenai sendi kiri dan kanan tubuh.Gejala yang klasik ialah badan kaku ketika bangun pagi. Seluruh sendi kaku seperti diikat.
“Perhatikan bila tiga atau lebih sendi menjadi kemerahan, bengkak, dan hangat. Lalu kaku pada sendi yang bertahan minimal 30 menit. Jika gejala-gejala itu terjadi terus-menerus selama minimal enam minggu, patut dicurigai itu artritis rematoid. Segera periksakan ke dokter ahli reumatologi untuk memastikan diagnosis,“ terang dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu.
Pemeriksaan ke dokter tidak boleh ditunda-tunda. Jika benar penyakit itu merupakan rematoid artritis, penanganan harus segera dilakukan.Hal itu untuk mencegah keparahan lebih lanjut.
“Artritis rematoid bisa menyerang berbagai sendi. Bila jari-jari tangan yang telanjur rusak, penderita sulit menggenggam. Bila lutut yang rusak, penderita sulit berjalan. Sendi menjadi kaku dan tertekuk secara abnormal.“
Untuk memastikan diagnosis rematoid artritis diperlukan pemeriksaan laboratorium pada darah dan cairan sendi, serta pemeriksaan radiologi. Dianggap asam urat Pada kesempatan itu, Handono juga menjelaskan artritis rematoid tidak bisa disembuhkan. Namun, pengobatan harus dilakukan untuk menahan laju keparahan dan mencegah kecacatan sendi.
“Tanpa pengobatan, dalam waktu dua tahun jari-jari tangan tidak bisa berfungsi karena nyeri saat digerakkan, kaku, dan menekuk tidak sebagaimana mestinya. Jika terus dibiarkan, dalam waktu 10 tahun terjadi kecacatan permanen, penderita tidak akan mampu bergerak.“ Selain menyebabkan kerusakan sendi, rematoid artritis memiliki dampak sistemis, antara lain anemia, kelelahan, dan berrisiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).
Sayangnya, kata Handono, masyarakat sering kali keliru dengan menganggap gejala penyakit itu sebagai rematik biasa atau penyakit asam urat sehingga dianggap remeh.Akibatnya, kebanyakan pasien sering terlambat datang ke dokter. Mereka baru berobat ketika kerusakan sendi sudah melewati masa dua tahun pertamanya.
“Padahal, kalau sudah masuk tahap lanjut, pemulihan sulit dilakukan.“ Ia pun memberi kiat mendeteksi artritis rematoid secara mudah. Pertama, perhatikan sendi-sendi pada pergelangan tangan dan buku-buku jari. Tanda-tanda yang harus diwaspadai ialah merah-merah, bengkak, ataupun adanya rasa hangat. Biasanya gejala artritis rematoid itu terjadi di kedua tangan.
Kedua, lakukan squeeze test dengan cara meremas pergelangan tangan atau kaki. Rasakan apakah timbul rasa nyeri pada saat peremasan dan penekanan. Bila terasa nyeri, lanjut Handono, hasil pemeriksaan dapat dikatakan positif karena nyeri yang ditimbulkan menandakan adanya peradangan sendi. (H-3) Media Indonesia, 29/10/2014, Halaman : 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar