Minggu, 16 Maret 2014

Eksplorasi Bahan tidak Lazim

Bukan lagi kain adati, para desainer Tanah Air juga menggunakan kain dekoratif untuk pura hingga kulit kayu untuk koleksinya.
KAIN bermotif kotak-kotak hitam putih itu meng ingatkan kita pada Pulau Dewata. Kain itu sering terlihat dipakai para penari kecak ataupun di pura-pura sebagai penghias.

Namun, di panggung Indonesia Fashion Week, Minggu (23/2) malam, kain itu menjadi detail dalam kebayakebaya mewah nan seksi. Berlangsung di Plenary Hall, Balai Sidang Jakarta, inilah peragaan koleksi bertajuk Legong Srimpi karya Anne Avantie.

Selain kain dengan motif bungabunga besar, maestro kebaya asal Semarang, Jawa Tengah, itu juga menggunakan kain bermotif bungabunga besar dengan pinggiran prada.
Penggunaannya ada yang sendiri maupun dipadankan dan diolah menjadi bawahan lurus berbelahan tinggi atau bergaya rok lebar. “Saya melihat kain ini hanya untuk pengikat di pura, penutup sesaji,... padahal saya melihat (kain) itu bisa digunakan sebagai alternatif untuk pe cinta fesyen,“ tutur Anne dalam konfrensi pers siang harinya. Ia memang sudah sering berinovasi dengan kain yang tidak lazim. Seperti menggunakan kain batik lawas (usang dan bekas pakai) untuk label siap pakainya, Batiken. Desainer berusia 59 tahun ini juga pernah menggunakan kain stagen (pengikat perut) untuk karyanya.

Namun, koleksi Anne kali ini bisa dibilang bukan hanya bermain dengan tampilan, tapi juga kenyamanan. “Soal nyaman dan tampilan itu tergantung di mana ditempatkan... Kita lihat saja nanti,“ ucapnya ketika ditanya tentang dua hal itu.

Di atas panggung, soal tampilan yang langsung terjawab. Seperti biasa, koleksi Anne mampu membuat orang selalu jatuh cinta pada kebaya.

Kain-kain dekoratif itu dipadankan dengan kebaya kontemporer berbelahan dada rendah. Anne terlihat memasukkan pula gaya kain transparan yang belakangan tren.

Kain itu digunakan mulai dari bahu dan terus ke arah perut membentuk siluet V. Bagian buah ada dan tepi perut ditutupi dengan kain lace penuh bordir hingga menciptakan kesan sangat seksi.

Model baru lainnya dari Anne adalah kebaya kontemporer lengan pendek dengan leher tinggi dan rapat.

Anne berharap inovasi kain darinya membuka potensi ekonomi baru bagi banyak orang. “Saya berharap membuka wacana dan membuka rezeki bagi siapa saja,“ tukasnya.

Tidak hanya Anne, malam itu, ino vasi kain juga ditampilkan Gregorius Vici. Namun, bukan pada jenis kain, Vici menampilkan inovasi teknik.

Kain-kain penuh payet dan bordir yang ia gunakan dalam gaun-gaun siap pakai eksklusif itu merupakan hasil produksi mesin. “Saya memodifikasi mesin itu sehingga mesin itu langsung bisa mayet dan bordir,“ ujar pria yang juga asal Semarang itu.

Desainer yang rutin tampil di Hong Kong Fashion Week itu mengungkapkan, mesin jenis tersebut sebenarnya sudah banyak di pasaran, namun harus berproduksi dalam jumlah besar.
“Sekali produksi, setiap kainnya itu minimal 20 atau 30 meter. Kalau ini bisa hanya sedikit dan bisa menekan harga. Jadi baju bisa harganya Rp3 juta,“ tuturnya.

Hari sebelumnya, Priyo Oktaviano mengolah kain tapis lampung menjadi busana dengan gaya terinspirasi dari robot Gundam. Salah satu wujud busananya adalah celana pipa skinny dengan kain tapis yang diterapkan dengan konsep mirip patchwork.
Padanannya adalah blus tanpa lengan yang diberi efek feminin dengan aksen frill di pinggang. Pada peragaan itu juga ditampilkan koleksi Sapto Djodjokartiko.
Penjualan daring Eksplorasi bahan juga terlihat pada koleksi siap pakai. Pada peragaan gabungan yang berlangsung minggu siang, brand asli Indonesia, Lekat menggunakan kulit kayu untuk rok maupun aksen pada atasan. Untuk memberi kesan lebih luwes, namun tetap etnik, ada pula padanan dengan dengan tenun. Selain itu digunakan juga menggunakan teknik patchwork dengan warna-warni cerah.

Di sisi lain, desainer senior yang juga pendiri Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono mengolah tenun ikat Troso asal Jepara. Unsur modern dimasukkan Poppy lewat potongan, seperti gaun malam one shoulder dan jubah panjang yang dipadankan dengan mini dress.

Koleksi Poppy dan Lekat termasuk 18 koleksi yang bergabung dalam peragaan Digital Fashion Show yang digelar atas kerja sama dengan situs belanja daring, Zalora. Selain Poppy, desainer dan label terkenal lainnya yang ikut memperluas penjualannya lewat situs itu adalah Ian Adrian hingga label Damn I Love Indonesia.

Masuk ke situs penjualan daring memang telah lama dilakukan label-label kelas dunia. Mereka tidak khawatir turun kelas karena bersanding dengan label-label baru.

Hal ini pula yang tampak pada Poppy. “Malah saya senang sekali bisa sama-sama dengan desainer yang muda-muda ini. Harapannya, kalau saya bisa berdampingan, saya bisa memberikan citra yang baik dan bimbingan,“ tutur Poppy. (*/M-1/ Media Indonesia, 02 Maret 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar