Hari masih muda, tetapi pukul sepuluh pagi itu gerai sekaligus kantor Elzatta Hijab di kawasan Pondok Kelapa Indah, Kalimalang, Jakarta Timur, sudah dipenuhi pengunjung.
Mereka, para perempuan berpenutup kepala atau yang sekarang populer disebut hijab, berceloteh sambil memilih lembaran hijab warna-warni. Beberapa sudah menggenggam dua hingga tiga pilihannya, sedangkan yang lain masih sibuk berdiskusi.
Elzatta terbilang merek baru di riuhnya bisnis hijab. Baru berdiri dua tahun, tetapi namanya sudah menjadi buah bibir para perempuan berhijab yang hobi bergaya.
Elidawati, 50, sang pendiri, punya pengalaman matang di bisnis fesyen.
“Sejak awal Alhamdulillah respons yang baik kami terima,” tutur ibu dari tiga putri ini yang salah satunya menjadi nama merek produknya.
Keberatan yang dilayangkan merek produk fesyen atas nama yang digunakan membuat nama Zatta, yang awalnya digunakan, diubah menjadi Elzatta. Hikmah yang didapat dari keputusan itu, Elida terdorong menata ulang konsep interior dan wajah toko, peningkatan standar pelayanan, serta melakukan aneka promosi. Semua dilakukan untuk mengukuhkan nama baru.
Langkah pembaruan itu membuat Elzatta terus bertumbuh, dari semula lima toko, tahun ini berbiak menjadi 58. Sekitar 40% dikelola manajemen internal, sisanya dikelola mitra. Pun begitu dengan jumlah karyawan, dari 17 orang kini melesat menjadi 350 orang.
“Nama Elzatta menjadi tidak asing berkat bantuan para agen, reseller, mengakui sebagian besar kain hijabnya diproduksi di Tiongkok dan Turki, hanya sekitar 10% berasal dari dalam negeri, Bandung. “Kain-kain itu kami desain menjadi bentuk segi empat, model scarf atau bergo. Yang berbeda pada Elzatta hanya pilihan warna dan coraknya,” kata Elida.
Buat memikat hati konsumennya, Elzatta menaruh perhatian khusus pada desain corak dan warna kain.
Desainer dari pabrik yang menjadi penghasil kain bagi mereknya akan mempresentasikan aneka corak dan kain yang akan diproduksi. Elida akan memilih desain terbaik yang nantinya akan dikirim ke Elzatta.
Namun, tak jarang Elida sendiri sudah siap dengan desain kreasinya yang akan diserahkan pada manufaktur kain yang jadi mitranya.
Persaingan yang kata Elida, kini kian ketat, membuatnya makin tertantang untuk memperjelas identitas Elzatta.
Mereknya diyakini punya karakter yang tecermin pada corak dan pilihan warna kain hijabnya.
Tidak hanya mengembangkan Elzatta, kini Elida kembali memunculkan merek Dauky yang lebih berfokus pada produksi kaus panjang. Belum setahun Dauky sudah memiliki 12 gerai. KOnsep yang diusung, kasual dengan warna-warna cerah., ditujukan bagi perempuan 25 hingga 35 tahun.
Sebagai langkah promosi, Elzatta dan Dauky diboyong Elida ke Indonesia Fashion Week 2014. Khusus buat Dauky, Elida bekerja sama dengan lima blogger fashion untuk memadupadankan koleksi merek ini dengan penuh gaya. “Kami ingin mempertontonkan yang nyata, begini loh kalau menggunakan jilbab, tidak usah repot yang penting nyaman dan tertutup,” Kata Elida. Sumber Media Indonesia, 12/04/2014, hal : 20.
Mereka, para perempuan berpenutup kepala atau yang sekarang populer disebut hijab, berceloteh sambil memilih lembaran hijab warna-warni. Beberapa sudah menggenggam dua hingga tiga pilihannya, sedangkan yang lain masih sibuk berdiskusi.
Elzatta terbilang merek baru di riuhnya bisnis hijab. Baru berdiri dua tahun, tetapi namanya sudah menjadi buah bibir para perempuan berhijab yang hobi bergaya.
Elidawati, 50, sang pendiri, punya pengalaman matang di bisnis fesyen.
“Sejak awal Alhamdulillah respons yang baik kami terima,” tutur ibu dari tiga putri ini yang salah satunya menjadi nama merek produknya.
Keberatan yang dilayangkan merek produk fesyen atas nama yang digunakan membuat nama Zatta, yang awalnya digunakan, diubah menjadi Elzatta. Hikmah yang didapat dari keputusan itu, Elida terdorong menata ulang konsep interior dan wajah toko, peningkatan standar pelayanan, serta melakukan aneka promosi. Semua dilakukan untuk mengukuhkan nama baru.
Langkah pembaruan itu membuat Elzatta terus bertumbuh, dari semula lima toko, tahun ini berbiak menjadi 58. Sekitar 40% dikelola manajemen internal, sisanya dikelola mitra. Pun begitu dengan jumlah karyawan, dari 17 orang kini melesat menjadi 350 orang.
“Nama Elzatta menjadi tidak asing berkat bantuan para agen, reseller, mengakui sebagian besar kain hijabnya diproduksi di Tiongkok dan Turki, hanya sekitar 10% berasal dari dalam negeri, Bandung. “Kain-kain itu kami desain menjadi bentuk segi empat, model scarf atau bergo. Yang berbeda pada Elzatta hanya pilihan warna dan coraknya,” kata Elida.
Buat memikat hati konsumennya, Elzatta menaruh perhatian khusus pada desain corak dan warna kain.
Desainer dari pabrik yang menjadi penghasil kain bagi mereknya akan mempresentasikan aneka corak dan kain yang akan diproduksi. Elida akan memilih desain terbaik yang nantinya akan dikirim ke Elzatta.
Namun, tak jarang Elida sendiri sudah siap dengan desain kreasinya yang akan diserahkan pada manufaktur kain yang jadi mitranya.
Persaingan yang kata Elida, kini kian ketat, membuatnya makin tertantang untuk memperjelas identitas Elzatta.
Mereknya diyakini punya karakter yang tecermin pada corak dan pilihan warna kain hijabnya.
Tidak hanya mengembangkan Elzatta, kini Elida kembali memunculkan merek Dauky yang lebih berfokus pada produksi kaus panjang. Belum setahun Dauky sudah memiliki 12 gerai. KOnsep yang diusung, kasual dengan warna-warna cerah., ditujukan bagi perempuan 25 hingga 35 tahun.
Sebagai langkah promosi, Elzatta dan Dauky diboyong Elida ke Indonesia Fashion Week 2014. Khusus buat Dauky, Elida bekerja sama dengan lima blogger fashion untuk memadupadankan koleksi merek ini dengan penuh gaya. “Kami ingin mempertontonkan yang nyata, begini loh kalau menggunakan jilbab, tidak usah repot yang penting nyaman dan tertutup,” Kata Elida. Sumber Media Indonesia, 12/04/2014, hal : 20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar