Rabu, 12 November 2014

Jakarta Fashion Week 2015: Karena Kita Indonesia

Diajang Jakarta Fashion Week 2015, beberapa desainer tetap memunculkan kain adati. Obin, misalnya, bahkan membuat kain-kain itu sejak dua tahun sebelumnya.

LAGU milik Serge Gains bourg dan Jane Bir kin yang berjudul Je T'aime... Moi non Plus menggema di panggung Jakarta Fashion Week 2015. Namun, para model yang tampil Kamis (6/11) itu di perhelatan yang berlangsung di Jakarta jauh dari busana dan dandanan ala mademoiselle.

Justru, mereka bersanggul dan tampil dalam balutan kain warna klasik yang dipadankan dengan atasan bodycon warna kulit. Aksesori seperti syal atau selendang hingga anyaman bunga melati menjadi aksen yang semakin memperkuat tampilan perempuan Jawa.

Inilah peragaan koleksi Bin House.
Setelah sederet model tampil dengan gesture malu-malu, yang berikutnya ialah para model yang me nari penuh semangat. Lang kah centil mereka diiringi dendangan Titiek Puspa, Chrisye, dan Iwan Fals da lam lagu berjudul Marilah Kemari.

Di sesi itu potongan busana lebih kasual baik dengan siluet longgar maupun pas badan. Padanannya seluruhnya berbahan kain adati, tetapi juga dibentuk sebagai celana dan rok. Kain adati itu tidak hanya dengan teknik batik, tetapi juga tritik dan jumputan.

Bin House memang telah lama banyak berkreasi dengan teknik-teknik adati. Namun, da lam koleksi bertajuk Saya Adalah Indonesia, sang pemilik sekaligus desainer kepala, Josephine Komara, atau yang akrab disapa Obin, seolah ingin menyampaikan pesan lebih dalam. Perempuan yang mulai menciptakan kain sendiri di era 1980-an itu nyatanya ingin menunjukkan kecintaan pada Indonesia secara menyeluruh.

“Saya berangkat dari kain yang dibuat dengan menggunakan tangan dan hati. Saya pilih tema tersebut karena kitalah Indonesia, bukan hanya saya orang Indonesia. Dari cara kita berpikir, gerak tubuh, warna, cara pandang, hingga bentuk menjadi gambaran kitalah Indonesia,“ tegasnya.

Selama ini, kain dan busana adati lebih banyak diwujudkan dalam busana pesta atau kantor. Namun, di tangan Obin, kebaya bahkan dapat dibuat sangat kasual dan dipadankan dengan alas kaki sneaker.

Di sesi ketiga, Obin banyak menampilkan padanan kain dengan kebaya kutu baru, seperti yang saat ini sedang tren. Kebaya itu tampil ceria dan segar dengan warna-warni stabillo.

Pemilihan warna itu, menurut Obin, dilakukan untuk menyesuaikan dengan kulit orang Indonesia. Memang kulit warna sawo matang sama sekali tidak tabu menggunakan warna mencolok, bahkan dapat memberikan kesan mencerahkan kulit.

Sementara itu, dari kebaya dengan kerah shanghai, Obin seolah ingin menunjukkan keragaman suku yang ada di Tanah Air. Kebinekaan ikut membentuk fesyen Indonesia semakin kaya.

Salah satu tim desain Bin House, Theresia Perwitasari, mengungkap semua kain dibuat perajin yang berjumlah sekitar 30 orang. Detail motif dan konsep diberikan tim serta Obin. Persiapan dilakukan sejak dua tahun lalu, dimulai dari memintal dan menenun benang.

Di sisi lain, kehadiran koleksi Obin di ajang mode terbesar itu menjadi hal penting. Di tengah kemampuan desainerdesainer muda menciptakan busana dengan tampilan dan teknik modern, kain dan busana adati harus terus mendapat tempat. Dekranasda DKI Kain dan teknik adati juga menjadi bagian koleksi dari desainer-desainer Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta. Vielga Wennida, desainer Roemah Kebaya, tetap pada ciri khasnya, penggunaan bordir tangan diaplikasikan dalam gaun berkerah tinggi yang tampak seperti mantel. Material jaguar polyster menjadi pilihan Vielga dengan penambahan unsur glitter.

Sentuhan bordir juga tampak pada desain dua desainer lainnya, Riana Kesuma dari Batik Riana Kesuma dan Novita Yunus dari Batik Chic. Riana mengangkat tema Urban ekletik untuk koleksinya kali ini, permainan volume ditampilkan dalam atasan bersiluet cape dengan lengan lonceng. Pun begitu dengan celana model bellbottom dihadirkan sebagai paduan dalam warna dan motif senada. Tak hanya kain batik tulis yang ia gunakan, tetapi juga penggunaan kain tradisional yang dipotong dalam siluet berpotongan lurus.

Penampilan akhir menjadi milik Novita Yunus yang terinspirasi dari salah satu bangunan peninggalan sejarah di kawasan Kota Tua, Toko Merah. Warna merah dipadukan dengan warna emas hingga silver, dalam bentuk bordir ataupun penggunaan kain batik lasem bermotif bunga dan burung.

Siluetnya pun tampak manis, berupa atasan dengan kerah V neck yang panjangnya menyentuh pinggang dipadu dengan bahan warna merah terang sebagai bawahan. Kain yang dililit pun tampak pada salah satu rancangannya. Koleksi Batik Chic semakin lengkap dengan hadirnya aksesori berupa tas tangan dengan motif senada. Media Indonesia, 9/11/2014, halaman 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar